majalahforbes – CERITA DEWASA NAFSU NGENTOT – Jam tiga pagi-pagi sekali aku pulang kekamarku, setelah berjuang mengembalikan celana dalam mbak Cindy ketempatnya, tetapi ia tetap saja tertidur ataupun tidur-tiduran, aku tidak tahu. Kucium lembut bibirnya dan kutinggalkan kamarnya.
Aku bergegas mengepak pakaianku, sebab pagi tersebut aku mendapat interlokal dari kota Malang guna segera mengurus acara wisudaku. Cukup berat aku meninggalkan kota ini, terlebih empiris lagi semalam yang membuatku hendak berlama-lama tinggal.
Bu de melarangku kembali sebelum mbak Cindy kembali sekolah. Aku berusaha juga guna tidak mengecewakannya, terlebih sebab peristiwa semalam. Sebentar lantas mbak Cindy pulang, akupun menyambutnya dan kemudian dengan kuusahakan tenang dan teratur, aku berpamitan kepadanya. “Nggak boleeeh !!!” dia berteriak panjang dan berlari menuju kamarnya. Cukup keras dia menutup pintu kamarnya dan tersiar langsung dikunci dari dalam. Aku tertegun tak bisa melakukan apa-apa, hanya bude kemudian berjuang menenangkan seraya menceritakan mengapa aku mesti bergegas kembali hari tersebut dari luar pintu. Cerita Dewasa Ngentot Keponakan Istriku
Namun sepertinya usaha beliau tidak menyebabkan hasil, bahkan tidak ada firasat mau membuka kmbali pintu kamarnya. Aku berjuang untuk mendinginkan kali ini. “Mbak ini aku dik Boni, nanti aku janji deh bila urusan kampus udah selesai, pulang kesini lagi, janji deh mbak” kutunggu reaksinya, tetapi tidak tersiar suara apapun dari dalam kamar. “Mbak bila mbak Cindy nggak bukain pintu, aku langsung pula lho, soalnya nanti kehabisan bis yang ke Malang”. – CERITA DEWASA NAFSU NGENTOT –
kali ini kata-kataku berhasil, tersiar suara kunci membuka pintu kamar, dan begitu pintu
terbuka, tanganku disambarnya dan ditarik masuk kedalam kamar, ketika itu bu de tersenyum dan meninggalkan kami. Dia langsung memelukku sambil terdengar isak tangisnya.- CERITA DEWASA NAFSU NGENTOT –
Kukecup keningnya, kudekap erat tubuhnya. “Mbak aku janji, nanti aku telepon bila nanti hingga di Malang, dan aku janji lagi, bila urusan selesai, kesini lagi yaa”, bisikku sambil meyakinkan. Kulonggarkan dekapanku, ia kelihatannya telah lebih tenang, kukecup keningnya sekali lagi, dan terakhir kucium bibirnya dengan lembut. – CERITA DEWASA NAFSU NGENTOT
Semenjak hari itu, dan selama nyaris sembilan tahun !, kami berpisah. Disini aku tidak bermaksud mengingkari janjiku, tetapi setelah hari wisudaku, ada suatu kontraktor asing yang sedang menggarap mega proyek memanggilku guna segera bergabung.
Pertimbangan kesempatan, yang membuatku guna tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Sampai lantas aku terlarut dengan kegiatan profesiku. Tiga tahun sesudah itu, aku menikah dengan rekan seprofesi, setelah menikmati masa pacaran yang benar-benar bersih sekitar dua tahun. Akupun tak sempat waktu untuk mengundang mbak Cindy. CERITA DEWASA NAFSU NGENTOT
Menurut kitab tamu ia hadir, tetapi sama sekali aku tidak melihatnya. Sebentuk kado berisi bingkai potret perak yang cantik, dengan tanda tangan dibelakangnya Cindy. Cerita Dewasa Ngentot Keponakan Istriku
Bunyi peluit teko air, menyadarkanku dari memori yang manis tersebut. “Mbak aku rebusin air guna mbak Cindy mandi, mari sekarang mandi dulu, biar seger”. Ia tersenyum mengangguk. Aku berjuang sebaik mungkin untuk melayani dia supaya bermukim nyaman untuk sedangkan di rumahku. “Ngomong-ngomong, mbak Cindy kok tahu nomer teleponku ?” tannyaku sambil mengisikan air panas ke bath tub. “Iya, aku nanya dulu ke tante Palupi (ibuku), soalnya dari sini khan deket ke Airport”.
Rumahku memang deket sekali dengan airport, lokasi transit dia untuk mengarah ke ke Bali, karena dari kota asalnya tidak terdapat flight langsung ke Denpasar. Semakin cantik kulihat dia sehabis mandi, bath robe pink membungkus tubuh yang putih tersebut semakin kelihatan bersih. Dia kelihatan tidak banyak berisi, terlihat dadanya yang tidak banyak montok tetapi tidak terlampau besar.
Aku berencana mengajak santap malam keluar, sebab semenjak istriku keluar kota aku jadi “anwar” (anak warung). Kutunggu mbak Cindy di corolla DX-ku yang butut. T-shirt ungu dengan leher berbentuk “V” menciptakan belahan dadanya semakin nyata. “Dik aku pengen jalan-jalan aja, soalnya tadi aku udah santap di bis”, katanya sambil memblokir pintu mobil. Akupun menyetujui permintaannya. Kukebut DX-ku ke bioskop terbaik di kotaku, kugandeng tangannya yang halus, tetapi ia sempat berbisik “Dik , nanti kalau
ketahuan temennya di Shirley gimana?”
“Lho, mbak Cindy khan kakakku, cuek ajalah mbak, ntar aku yang tanggung jawab” jawabku sekenanya, seraya kurengkuh pundaknya guna meyakinkan kesungguhanku. Kami kebagian film Armagedon di jam itu, yang sebetulnya aku pernah lihat di VCD. Tidak terlalu tidak sedikit penonton malam itu, bahkan bisa dihitung dengan jari, kamipun bebas memilih lokasi duduk, kubiarkan mbak Cindy memilih lokasi yang disukainya, nomor dua dari belakang dan paling pinggir. “Ah, mengapa kok tidak sangat belakang” protesku dalam
hati, tetapi tidak apa, dibelakang juga tak seorang juga duduk.
Dua puluh menit layar armagedon tengah berputar, kulihat mbak Cindy tak bergerak
sedikitpun. Kuremas jemari kirinya, namun tidak terdapat respon yang hangat. Kutatap wajahnya lekat-lekat, aah kasihan. Mbak Cindy tertidur, aku mengerti, perjalanan yang panjang membuatnya berat untuk merasakan film itu. Kukecup keningnya dan kurengkuh kepalanya dan kubiarkan ia istirahat di pangkal lenganku. CERITA DEWASA NAFSU NGENTOT
Akupun tak dapat menahan hasrat guna menciumi wajahnya. “Mbak , kita kembali duluan yok” akupun membantunya berdiri dari tempat duduknya, kutuntun dia, sebab kelihatan mbak Cindy telah tidak mampu membawa badannya. Kubiarkan ia teridur dalam perjalanan mengarah ke kerumah. Sengaja aku tidak membangunkannya sesampainya dirumah.
Terbayang di kepalaku untuk mengulang kenanganku yang lalu, kubopong dia guna kupindah ke kamar tidurnya. Namun kali ini ternyata dia sempat terjaga dan melingkarkan tangannya ke leherku. Kubaringkan dia diranjang, aku meneruskan dengan pijitan-pijitan enteng di kakinya.
Dari mata kaki sampai ke betisnya yang indah, aku berjuang untuk membuatnya nyaman, dan sepertinya memang demikian. Tanganku semakin naik guna membuatnya nyaman. Kupijit enteng pahanya yang mulus dan hampir tanpa noda yang mengganggu. Kuangkat kakii kirinya keatas, untuk memijit bagian bawahnya, tersingkap rok mininya keatas, tampak CD wacoal kremnya yang rupanya agak transparan, sampai-sampai aku bisa dengan jelas isi didalamnya. Kontolku tak terasa telah mulai meradang di balik levi’s-ku yang ketat.
Kuusap memeknya yang masih terbungkus CD. Akupun tak dapat menahan hasrat untuk mengulang memori yang estetis itu. Ku tatap muka mbak Cindy yang sebentar-sebentar menelan ludah, ini seperti sinyal bagiku untuk melanjutkan rangsanganku.
Kuturunkan celana dalamnya, sekali lagi kali ini aku tidak dapat lagi menyembunyikan rasa heranku, memek tersebut. entah kenapa aku jadi terangsang hebat melihatnya seperti dulu.
Tanpa satupun bulu !!! montok dan aaaah aku susah untuk melukiskan disini. Aku kecupkan bibirku lembut diatas belahan memeknya Kulanjutkan dengan menciumnya habis.
Kelentit-nya yang terangsang, laksana nya tidak kuasa lagi bersembunyi di lipatan memeknya, tersembul terbit dan aku langsung menghisapnya sarat nafsu. ”Aaah dik oohh eeeehhmmmmfffff” mulutnya mulai meracau. Kadang aku gigit enteng bibir memeknya sebab gemas. Lidahku bergerak liar menggelitik lobang memeknya, kuhisap kuusap cairannya yang
membanjir keluar. ” Terus dik, teerrrrruuuussssss ooouuugggghhhh” pinggulnya bergetar hebat, mbak Cindy telah pada klimaksnya yang kesatu.
“Dik . . . buka punyamu dik”. Akupun mulai melepas risleting levi’sku. Ku lepaskan seluruh celana dan CD yang merintangi kontolku tegak, rasa berdenyut-denyut di helm kontolku semakin menyiksa, tetapi aku belum berani melanjutkan lebih jauh. Sementara kulihat mbak Cindy melepas t-shirt dan beha.
Aku tak tahan segera menghisap putingnya yang tenggelam di bundar payudaranya, mbak Cindy membusungkan dadanya untuk memudahkanku melakukan semaksimal mungkin.
Secara tidak sengaja ujung kontolku bergesekkan dengan pahanya, membuatku semakin tak waras menghisap payudaranya. Mbak Cindy hanya dapat menggigit ujung guling dengan mata
yang terpejam rapat-rapat menikmati serangan-seranganku.
“Dik maassssyyyukkan kontolmu dik” seraya memegang kepalaku dengan kedua tangannya meminta. Sambil kupeluk aku membisikkan sesuatu ditelinyanya. “Mbak Cindy tahu akibatnya bila ini terjadi” “Dik, sebetulnya aku hendak yang dulu tidak terhenti, kali ini biarkan ini terjadi.
Aku hendak rasa kangenku anda isi”. Sekali lagi, mbak Cindy aku dekap, dengan perasaan yang bercampur baur menjadi satu, antara rasa bersalah, haru dan sayang. Aku tidak hendak membuat peristiwa ini sebagai bencana terhadap dirinya,
namun dilain pihak aku pun tak ingin mengecewakannya. Kucium bibirnya, kali ini bukan hanya nafsu yang menyelimuti perasaanku, tetapi pun sayang serta penebusan rasa bersalahku. Mbak Cindy menyambut dengan hangat bibirku, kali ini kurasakan beda lumatan bibirnya. Dibuka perlahan-lahan kakinya, akupun menyambutnya dengan perlahan-lahan menunjukkan kontolku kelubang rahimnya. Namun aku merasakan,
setiap usahaku untuk mengurangi masuk ke lobang tersebut selalu gagal. Sangat rapat dan kenyal sekali bibir memeknya, selain tersebut juga, mbak Cindy masih perawan!. Aku mencungkil dekapanku, kuubah posisi mbak Cindy melintang, dengan pinggul dibibir ranjang.
Kuangkat tinggi-tinggi kakinya, kujilati sekali lagi memeknya supaya lebih licin guna kumasuki.
Kubuka lebar-lebar bibir memeknya dengan jari-jari kiriku. Woow sejenak aku merasa tertegun dan ragu, akankah kejantananku dapat masuk keliang yang menurutku paling kecil tersebut Kupegang kontolku dengan tangan kananku. Dengan hati-hati perlahan-lahan
ujung kontolku ku masukkan menerobos selaput keperawanannya.
” Dik, aaahhhhhh . . .terus, teerrrrrrusss aahhhhh !!”. Aku telah tidak bisa melihat, apakah dia merasa kesakitan ataukah merasakan kesenangan yang lain. Kulihat bibir kanan memeknya menerbitkan darah, sebenarnya baru separuh panjang kontolku menghujam lubang rahimnya. Kulihat mbak Cindy tidak sabar guna segera menelan bulat-bulat kontolku, ia mengayun bokongnya dan blesss, berakhir sudah panjang kontolku masuk ke memeknya.
Aku sengaja menahannya didalam, dan tidak banyak berusaha menggoyang-goyangkannya aku juga hendak dia menikmati kontolku mengisi ruang-ruang diliang vaginanya.
Helm kontolku terasa berdenyut-denyut nikmat, menikmati hangat yang paling rapat menggigit. Kuciumi belakang telinganya, kulumat bibirnya. Kali ini mulai kuayun kontolku
perlahan-lahan. Aku telah tidak lagi merasakan, buas kukunya mencengkeram punggungku, kutambah irama ayunanku. Mbak Cindy melulu bisa menggelepar-gelepar seperti ikan menggali air.
CERITA DEWASA NAFSU NGENTOT Kakinya mencekeram pinggangku, seakan tidak inginkan kontolku meninggalkan memeknya. Kuayun semakin cepat, rapat-nya lubang memeknya menciptakan aku kesetanan menghujamnya berkali-kali, mbak Cindy telah tidak dapat lagi menguasai gerakan tubuhnya. Akupun teringat, alangkah keras dia menendang pundakku dulu.
Mulutnya melulu mengeluarkan desisan-desisan tak beraturan. Akhirnya aku telah tak tahan guna lebih lama menyangga spermaku keluar. Kucabut kontolku, aku hendak menumpahkan diluar. Tetapi cengkeraman kakinya membuatku kendala membebaskan kontolku. ” Ssssshhhhh mbak Aku mau terbit !”. Direngkuhnya leherku, dengan terbata-bata dia membisikkan.